Dua garis Biru yang ditakuti orang dewasa |
Saya di akhir 2019 baru jua
kesampaian untuk menonton film drama keluarga yang menjadi perdebatan banyak
orang pada awal penayangannya. Yah, Dua Garis Biru, film ini pada awal
penayangannya mendapat begitu banyak pertentangan oleh banyak pihak, terutama
ormas, para orangtua, pemuka agama, dan sebagainya karena dianggap akan memberi
dampak buruk berupa gagasan film ini akan mengajak para remaja untuk melakukan
hubungan romansa di luar batas yang tentu saja sangat bertentangan dengan norma
dan aturan agama di Indonesia. Well, walaupun sepanjang masa penayangannya di
bioskop serentak dari awal sampai berakhir saya tidak menyempatkan diri untuk
menonton film ini, tetapi diam-diam saya adalah pihak yang mendukung adanya
film edukasi tabu semacam ini di Indonesia. Karena saya tau, maksud dan tujuan
film ini jauh dari pandangan buruk yang terlebih dahulu disematkan oleh
beberapa orang yang sebenarnya belum atau tidak pernah sekalipun menonton film
ini. Iya, tak kenal maka tak sayang orang bilang.
Setelah akhirnya saya kesampaian untuk
menonton film ini hingga selesai, saya sangat ingin memberi hormat saya kepada
penulis naskah, sutradara, produser, pemain dan kru yang bekerja pada film ini.
Sungguh, film ini berani dan bermakna sekali! film ini sangat bertolak belakang
dengan tuduhan yang digaungkan banyak orang. Menurut saya film ini tidak
sekalipun mengajarkan atau bahkan mengajak remaja untuk melakukan hubungan yang
dilarang itu. Justru film ini hadir sebagai alarm dan peringatan kepada kaum
remaja tentang bahaya hubungan seksual di usia muda, resiko buruk kehamilan dan
proses melahirkan di usia belia.
Bahkan menurut saya film ini dapat
menyelamatkan banyak remaja kita. Mengapa demikian? Dikarenakan dalam film ini ada
banyak pembelajaran tentang banyak hal yang sangat dekat dengan kehidupan
remaja kita. Dampak dari kehidupan romansa yang berlebihan, pengenalan edukasi
seks tentang bagaimana kehamilan diusia dini, resiko melahirkan di usia dini,
hubungan orangtua dan anak, sampai urusan tanggung jawab orangtua. Di film ini
digambarkan bagaimana kedua tokoh utama sangat minim pengetahuan tentang
pendidikan seksual, tidak mengetahui dampak seks di usia dini, tidak tau dampak
kehamilan di usia dini, tidak tau harus berbuat apa saat menghadapi kehamilan,
tidak mengetahui dampak melahirkan di usia dini, merawat anak, bahkan tokoh
Bima tidak tau bahwa jenis kelamin bayi hanya bisa diketahui lewat pemeriksaan
USG ketika usia kandungan telah memasuki trimester kedua. Bima mengira bahwa
jenis kelamin bayi bisa diketahui dengan melihat warna garis tespeck, jika
berwarna pink maka berjenis kelamin perempuan, dan jika berwarna biru maka
berjenis kelamin laki-laki *tepok jidat!*
Banyak orang-orang
yang menentang film ini dikarenakan film ini memuat edukasi seks yang dimana
hal ini dianggap tabu dikarenakan masih banyaknya pihak yang salah kaprah
mengidentikan pendidikan seksual itu hanya mengajarkan orang cara melakukan
kegiatan seks, padahal pendidikan seksual ini luas. Pendidikan seksual ini
secara umumnya adalah pengetahuan tentang organ reproduksi manusia. Sayangnya
di negeri ini pendidikan seksual masih dianggap tabu mengingat masih banyak
pihak yang mendefinisikan pendidikan seksual secara sempit. Padahal pendidikan
seksual penting di ajarkan kepada anak bahkan sedini mungkin. Anak sebaiknya di
ajarkan tentang pengenalan organ reproduksi dan bagian tubuhnya sendiri. Agar
sejak dini anak tau bagaimana cara merawat dan menjaga tubuhnya sendiri, tau
bagaimana bersikap ketika oranglain akan berhubungan tubuhnya, dan tau
bagaimana memperlakukan dan bersikap kepada oranglain.
Apa dampak
ketika anak sejak dini sampai ketika dewasa tidak mengerti atau bahkan buta
pendidikan seksual? Tentu saja kemalangan! Menjadi korban pelecehan seksual dan
tak berdaya melawan karena tidak mengerti tindakan itu salah, mudah dikelabuhi
orang yang ingin memanfaatkan kepolosannya, resiko kesehatan yang bisa
mengancam nyawa, dan tentu saja gangguan kejiwaan dikarenakan problematika yang
melawan aturan moral dan agama. Teringat saya akan kisah beberapa perempuan
yang begitu polosnya mengira bahwa menstruasi adalah hal yang berbahaya,
seorang perempuan pernah mengira ketika ia mendapatkan menstruasi dan disentuh
oleh lelaki maka ia akan hamil, iya sepolos itu. Beberapa perempuanpun tidak
tau bahwa saluran miss V dan saluran air seni mereka adalah dari tempat yang
berbeda. Saya sangat sedih masih banyak perempuan yang bahkan tidak mengenali
tubuhnya sendiri dikarenakan hal ini terlalu tabu untuk dibicarakan.
Yang membuat
saya paling geram adalah beberapa kasus kepolosan wanita-wanita ini
disalahgunakan oleh pria bejat yang hanya mengutamakan nafsunya. Teringat saya
akan kasus yang Kemarin sempat viral, seorang petugas puskesmas menceritakan
kasus kehamilan seorang perempuan yang dengan polosnya mau melakukan kegiatan
seks dengan kekasihnya dikarenakan sang pria mengatakan ia sedang sakit parah
dan perlu mengeluarkan sel darah putihnya agar terselamatkan, yang
sebenarnya adalah cairan sperma. Padahal
cairan sperma dan sel darah putih itu hal yang berbeda, bahkan bumi dan langit,
lagian mana ada orang sakit keras cara mengobatinya dengan cara mengeluarkan
sel darah putih lewat alat reproduksi? Ngarangnya Nauzubillah pria keparat itu.
Belum lagi banyak kasus wanita yang secara terpaksa melakukan hubungan seks
bebas dengan kekasih karena mendapat paksaan dari kekasih sebagai bukti tanda
cintanya, dengan iming-iming akan dinikahi atau setidaknya akan dipertanggung
jawabkan dengan akan selalu setia. Nyatanya malah banyak yang hanya bagaikan
habis manis sepah dibuang. Sudah dipaksa berhubungan intim, dihamili, kemudian
dipaksa melakukan aborsi atau bahkan ditinggalkan tanpa kejelasan. Kasus miris
seperti ini sungguh sudah terlalu banyak, hal darurat seperti ini harus segera
diatasi.
Selain itu
remaja yang tidak memiliki pengetahuan seksual akan rentan mengalami kegiatan
seksual secara bebas dan tak aman. Hal ini akan meningkatkan kasus kehamilan di usia remaja yang sangat berisiko
untuk ibu maupun bayinya. Hamil dan melahirkan di usia muda sungguh sangat tidak
sehat bagi remaja wanita, baik dari sisi kesehatan fisik maupun kesehatan
psikologisnya. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi. Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya,
juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda atau remaja
antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan
persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan pada
remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman yang
bisa merenggut nyawa sang ibu.
Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun.
Dengan
mengajarkan pendidikan seksual ini membantu para remaja lebih bijak dalam
menentukan kehidupan seksualnya. Mereka akan sadar baik buruknya kegiatan
seksual, mereka tau cara melindungi dan merawat diri sendiri, mereka tau
batasan mana yang boleh mana tidak.
Kembali ke
film Dua garis biru tadi, film ini adalah salah satu media pembelajaran yang
apik untuk mengajarkan remaja-remaja tentang bahaya seks bebas. Dikarenakan ini
hanya salah satu contoh media pembelajaran, maka ini kembali lagi kepada
keputusan orangtua untuk memilih film ini sebagai media pembelajaran atau tidak
jika dirasa film ini lebih memberikan dampak buruk. Jika dirasa orangtua lebih
baik dan benar dalam memberikan pengajaran langsung pendidikan seksual kepada
anak maka ktu jauh lebih baik, dan saya mendukung penuh orangtua maupun saudara
untuk memberikan pendidikan seksual sedini mungkin, dengan pembahasan yang
tidak kaku kepada anak-anak.
Namun,
faktanya beberapa orangtua tak pernah membicarakan pendidikan seksual ini
kepada anak mereka. Ada banyak alasannya, mulai dari pembahasan ini terasa tabu
untuk dibahas, bingung memulai darimana karena tidak tau cara memberitahukan
informasi secara tepat kepada anak-anaknya hingga khawatir mengajarkan
pendidikan seksual akan membuat anak mereka melakukan seks bebas. Sebenarnya
jika dimulai sejak dini harusnya pemberian pendidikan seksual yang tepat kepada
anak akan lebih mudah daripada dimulai ketika anak telah remaja atau bahkan
dewasa, karena tentu saja pendidikan seks ini berbeda muatan informasinya
disesuaikan usia anak.
Diharapkan
dengan pemberian edukasi seksual yang tepat sejak dini kepada anak, sejak dini
mereka bisa terhindar dari kekerasan dan pelecehan seksual serta melindungi
mereka dari buruknya perilaku seks bebas yang tidak aman. Dengan begitu kita
ikut menyelamatkan remaja Indonesia dari kasus kematian yang disebabkan oleh
maraknya kasus perkosaan dan kematian ibu di usia muda.
*ps: di postingan
selanjutnya saya akan membahas tentang cara memberikan edukasi seksual kepada anak
sesuai umurnya agar kita tidak bingung lagi bagaimana memberikan edukasi
seksual yang tepat kepada anak, stay tune!
Komentar
Posting Komentar