Pukul
23.55 malam di bawah hembusan angin.
Mataku
sayu terbuka diayun-ayun ingatan tentang pria mata bulat itu.
Bisik
suaranya tak mau berhenti, meski rupanya tak Nampak lagi.
Kepalaku
selalu dipenuhi tentang dia, meski kini kepala dia entah apa isinya.
Gerakku
menjadi lambat sejak hari gelap itu datang.
Dia
tiba-tiba lupa omongannya sendiri.
Matanya
hitam, hatinya beku.
Pukul 00.05
dini hari
Hembusan
angin bercampur riuh suara gaduh dari gedung di depan sana.
Ada
yang terjaga menumpahkan muaknya dalam balutan tinta.
Oh
angin malam pukul 00.10
lelah aku memikirkannya
Lelaki
yang katanya bermodal jujur itu.
Seenaknya
saja dia tebar luka
Meninggalkan
aku seorang diri menghardik kebodohanku sendiri
yang
masih saja memberi makan ego dan ekspektasi tentangnya
yang
telah sangat jahat beringkar janji.
Komentar
Posting Komentar