Dulu, saya mengira bahagia itu ada di depan sana.
Sampai akhirnya ketika saya sudah di depan sana, bahagia yang saya kira bakal ada, rupanya tak tampak kehadirannya.
Lalu saya melihat ke belakang, tempat yang saya kira tak bahagia sebelumnya, ternyata terlihat sangat membahagiakan saat dilihat dari depan sini.
Kemudian saya menyadari, bahwa bahagia itu bisa muncul pada saat ini, sekarang, hanya saja saya terlalu sering mengabaikan.
Ekspektasi, angan, bahkan kenangan kerap kali menutupi.
Bahagia yang harusnya bisa saya rasakan sekarang, jadi hilang maknanya.
Sampai akhirnya saya menyesal dan terus mencari "nanti juga bisa rasakan bahagia"
Bukan, bukan nanti, tapi hari ini, sekarang, saat ini.
Komentar
Posting Komentar