Dewasa ini hal klasik berupa anak yang tidak mandiri ini sangat banyak dijumpai di sekeliling kita, teringat saya akan pendapat nasehat salah satu psikolog anak, beliau mengatakan "anak yang tidak mandiri adalah representatif dari orangtua yang tidak sabaran".
Pada dasarnya, anak sejak dini pun mampu berprilaku disiplin, tetapi memang perlu kesabaran dan ketekunan untuk melatih kedisiplinan seseorang. Anak yang tidak mandiri biasanya memiliki orangtua yang suka memerintah, suka mengeluh, tetapi suka menolong karena tidak sabaran.
Maksudnya bagaimana? Misalkan begini, orangtua si A selalu mengeluh anaknya selalu tidak dapat membersihkan mainannya dengan benar walaupun telah diperintahkan untuk membersihkannya bahkan telah dibarengi dengan omelan kepada si A. Karena anaknya tidak juga bergeming atau kalaupun mau membersihkan, prosesnya lama. Akhirnya karena tidak sabaran, orangtua berinisiatif untuk mengambil alih tugas membersihkan mainan anaknya. Hal ini terjadi berulang-ulang kali, sehingga anak akan terbiasa dan berfikir "ah, walaupun dimarah gak usah aja diberesin, capek! Toh papa mama akan membantuku". Hal ini akan terus tertanam dibenak anak sehingga menyebabkan pribadinya menjadi tidak disiplin dan manja. Anak yang terbiasa diperintah dan diarahkan orangtuanya tanpa diberikan kesempatan untuk belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri akan membuat anak tersebut menjadi tidak kreatif dan kurang memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan sesuatu termasuk bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
Nah disini diperlukan ketegasan hati dan sikap orangtua. Kalau mau anaknya disiplin dan mandiri, maka harus berani tegas, tega, tekun, dan sabar untuk melatih kemandirian dan kedisiplinan anak. Orangtua harus tega kepada anak, biarkan dia terbiasa mengerjakan tanggung jawabnya sendiri sejak dini. Misalkan diberi tau "ini mainannya harus dibersihkan yah, kalau bukan kamu yang bersihkan mainan kamu akan terus berantakan, papa mama gak akan bantuin karena mainan ini punya kamu, ayok dibersihkan, kalau mainannya rapi, nanti kalau mau main lagi mainannya lebih mudah ditemukan. Kalau mainannya berantakan terus kena injak dan rusak bagaimana? Kamu mau gak mainannya rusak? Yuk dibersihkan"
Atau kalau kepada remaja, misalkan mereka sudah harus bertanggung jawab merapikan pakaiannya sendiri bilang saja "nak, baju kamu setrika sendiri yah, mama gak mau nyetrikan lagi yah, kemarin sudah mama ajarin bagaimana cara menyetrika baju yang benar, kalau kamu gak mau menyetrika bajumu sendiri, konsekuensinya bajumu tidak rapi, mau kamu pergi bajunya gak rapi? Kan gak baik. Setrika sendiri yah". Jika mereka tetap tidak bergeming ya biarkan saja, biarkan baju mereka berantakan dan merasakan apa akibatnya jika bajunya tidak rapi, malu karena bajunya kusut misalnya. Dengan menyadari apa akibat dari perbuatannya, mereka akan berfikir untuk mau mengerjakan tugasnya, karena kalau bukan mereka sendiri yang berusaha, tidak ada yang mau menolong karena orangtua sudah mengatakan bahwa membereskan pakaian mereka adalah tugas mereka sendiri, bukan orangtua atau siapapun. Begitu juga dengan kewajiban mereka yang lain. Orangtua harus tega membiarkan anak menanggung sendiri resiko perbuatannya. Dengan menyadari tugas dan kewajibannya, anak akan terbiasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tentu saja anak akhirnya mampu menjadi mandiri dan disiplin tanpa harus diperintah lagi.
Harus kuat jangan mudah ngeluh dan luluh yah para orangtua 😁
#tulisannyaAinun
Komentar
Posting Komentar